Tuesday, July 14, 2009

hujan...

Aku selalu menyukai hujan. Mungkin menyukai perasaan sentimentil yang dibawanya, memberiku kesempatan untuk sedikit "merasa". Tapi aku benar-benar suka, melihat alam begitu teduh disiram air secara teratur. Aku suka angin dingin yang biasa menyertainya. Aku suka bau tanah basah, aliran air menuju segala arah, dan suara guruh yang meningkahinya.

Aku suka mengamati orang-orang menanggapi turunnya hujan; mereka yang berusaha melindungi diri maupun yang menerimanya, mereka yang berlari menghindari maupun yang menerobosnya. Aku suka melihat tanggapan alam atas curahan butiran-butirannya; melihat sungai yang bersemangat dan tanah becek yang muram, aspal yang pasrah dan daun yang tunduk atas karuniaNya.

Dan ternyata saat hujan merupakan saat yang mustajabah untuk berdo'a padaNya. Mungkin karena perasaan sentimentil yang mudah dirasakan saat hujan datang. Mungkin karena manusia yang berfikir akan merasa kecil atas sistem alam yang dibuatNya. Mungkin karena manusia jadi menyadari keberadaan makhluk dan benda lain disekitarnya pada saat hujan. Bunyi hujan menempa benda apapun menyampaikan keberadaan benda itu pada kita. Kita jadi meresapi keberadaan pohon, atap, mobil, motor, aspal, tanah yang tak rata, rumah, jendela, baju, manusia-manusia lain, makhluk-makhluk selain manusia, ataupun kekasih yang merapat dalam pelukan saat menerobos hujan.

Aku suka hujan, dan kenangan bersama hujan...

Naruto, Bleach, dan Onepiece

Bagi para penyuka Manga (komik jepang), tiga nama yg ada dalam judul diatas bukanlah hal yang asing didengar. Naruto, Ichigo dan Luffy yang menjadi tokoh utama dalam masing2 cerita adalah tokoh2 konyol tapi inspiratif. Naruto adalah seorang ninja muda yang pantang menyerah, Ichigo adalah sub-shinigami (death-God) yang secara insidental menyadari kekuatannya, dan Luffy adalah kapten kapal bajak laut dengan kekuatan Karet.

Yang menarik adalah pandangan eskatologis (hidup sesudah mati) mereka yang berbeda namun punya corak yang mirip; negasi keberadaan Tuhan.

Naruto, mempercayai Will of Fire sebagai inspirator gerakan dan jiwa dari semua tindakan mereka. Bahkan dalam salah satu episode, Shikamaru (sahabat Naruto) diceritakan membunuh salah satu musuh mereka (yang menganut "agama") sambil berkata bahwa dia tidak peduli pada ada atau tidaknya Tuhan, karena dia hanya percaya pada Will of Fire dalam dadanya.

Bleach malah mengambil hal eskatologis sebagai temanya. Diceritakan bahwa Ichigo adalah Shinigami (malaikat maut) pengganti yang bertugas mengantarkan jiwa2 dari dunia ke Soul Society, dimana para roh kembali menjalani hidup sebagaimana mereka jalani di dunia. Bedanya, strata sosial ditentukan oleh kekuatan spiritual. Para shinigami di Soul Society adalah pengatur mutlak kehidupan para roh. Tuhan benar-benar tidak punya tempat apa2 disana.

Onepiece lain lagi. Luffy yang memimpin kawan2 bajak lautnya suatu ketika mampir ke Kerajaan Langit. Disana dia bertempur dengan God Enel yang memerintah kerajaan langit (dan bersenjatakan petir) lalu berhasil mengalahkannya. Kerajaan Langit pun dikisahkan berasal dari bagian tanah bumi yang dilontarkan ke langit, dan penduduknya juga adalah keturunan bangsa manusia bumi. God Enel adalah invasor yang tidak jelas asalnya dan kemudian menjajah para penduduk kerajaan langit. Di sini, Tuhan tidak lebih dari olok2an, bahkan dikalahkan manusia.

Tiga manga diatas adalah manga2 yang sangat menarik sehingga laris dikonsumsi. Memang, ajaran tentang persahabatan, semangat pantang menyerah, percaya pada diri sendiri adalah ajaran2 utama dalam komik ini. Tapi negasi keberadaan Tuhan adalah hal yang juga patut diantisipasi.

Saya tidak menyarankan untuk memboikot manga-manga ini, tapi sebaiknya dipelajari. Dan tak lupa juga pelajari counter wacananya, agar bisa menjelaskan pemahaman-pemahaman komikal pada anak2 kita yang mungkin akan menjadi konsumennya.

kenangan

Ada saat-saat dimana aku terpaku pada kenangan. Saat dimana aku menyendiri ataupun dalam keramaian, saat dimana bumi berputar cepat ataupun melambat. Ada saat dimana banyak kenangan berkelebat saling menonjolkan diri, ada pula saat hanya satu kenangan yang tergambar senyata-nyatanya. Ada saat dimana aku tidak bisa menemukan diriku didalamnya, saat kulihat diriku jelas menjadi, kenangan yang ingin kuselami dalam-dalam sampai terasa hilang diriku, kenangan yang kuingin lari darinya, kenangan yang ingin kupatri jelas di ingatan, begitupun yang ingin kubuang jauh.

Kata orang bijak, kenangan lah yang membentuk diri kita saat ini. Kenangan menggambarkan apa yang telah dilalui sepanjang hidup, membentuk pola pikir dan pola sikap kita atas setiap situasi yang kita hadapi sekarang ataupun nanti. Dari kenangan, kita belajar tentang cara kita menghadapi masa lalu untuk kemudian menentukan cara kita memilih dan menghadapi masa depan. Dari kenangan, kita mengetahui kesalahan-kesalahan yang telah pernah kita lakukan untuk bisa memperbaikinya di masa depan. Dengan kenangan pula, kita mengetahui sejauh mana kita mengerti akan hidup dan sebaik apa kita menyempurna.

Meski ada pula saat aku hanya ingin menikmati kenangan tanpa harus belajar apapun darinya. Aku hanya ingin mengenang tanpa berfikir, sekedar mengingat kembali masa lalu. Membayangkan semua tanpa harus merasa bersalah ataupun merasa bangga. Tapi pada akhirnya membawaku pada kesimpulan; aku adalah apa yang kupilih untuk kulakukan saat ini, bukan apa yang pernah kulakukan di masa lalu. Jadi, apakah kenangan itu?

Hanya untuk saat ini, aku benar-benar tak ingin berfikir.
Saat ini, aku mengenang hanya untuk merindukan.