Sunday, January 28, 2007

Nilai Dasar Perjuangan (NDP) versi Andito

NDP (Nilai-nilai Dasar Perjuangan) yang ada di HMI selama ini dipercaya sebagai ideology. Seperti kita ketahui, ideologi dipahami sebagai cara pandang pada hidup kita masing-masing. Tapi menurut mazhab Kiri Baru, ideology adalah konsepsi pemikiran yang melahirkan tindakan yang berhadapan dengan realitas. Jadi, ideology haruslah dapat merubah realitas kehidupan yang tidak sesuai dengan harapan yang terkandung dalam ideology dimaksud. Ini adalah definisi ideology yang akan kita gunakan pada tulisan ini.

NDP adalah konsepsi dari Cak Nur tentang ke-Islaman dan ke-Indonesiaan. Nilai-nilai Islam yang absolute dan universal digabungkan dengan nilai-nilai Indonesia yang plural sehingga terlahirlah NDP. Namun, ada beberapa hal yang membuat NDP menjadi begitu sakral dan tidak mudah dipahami oleh sebagian besar kita. Andito, seorang kader HMI dari Bandung mencoba metodologi lain dalam memahami NDP. Beliau mengkritik isi NDP yang cenderung developmentalis dan membalikkan metodologi NDP versi Cak Nur yang sosiologis-teologis-filosofis menjadi filosofis-teologis-sosiologis sehingga lebih mudah dipahami dan lebih membumi. Tulisan berikut akan mencoba menjabarkan metodologi NDP versi Andito. Penulis sangat mengharapkan tanggapan, terutama perbedaan metodologi baru ini dengan metodologi penulisan yang disusun oleh Almarhum Cak Nur.

Filosofis

Ideology dalam pengertian diatas harus memuat konsep, sikap, dan aksi agar bisa berhadapan dengan realitas. Konsep itu sendiri adalah pengetahuan yang menyebabkan tersingkapnya objek oleh subjek dengan seyakin-yakinnya tanpa keragu-raguan. Yang menjadi objek dalam pengertian konsep adalah realitas atau eksistensi, atau kita bisa sebut wujud. Pemahaman atas realitas akan melahirkan sikap, sehingga pada akhirnya akan menentukan aksi yang kita ambil sehubungan dengan realitas yang ada. Aksi, setelah terakumulasi, akan melahirkan peradaban.

Realitas sebenarnya menimbulkan problem yang akhirnya melahirkan pengetahuan yang menjawab problem tersebut. Pengetahuan-pengetahuan yang telah lahir ini kemudian terakumulasi sehingga melahirkan –isme (contoh: massuroisme). Karena realitas yang bisa dipecahkan adalah realitas yang inderawi (dan harus bisa dijadikan indrawi), maka sebuah pengetahuan juga harus inderawi. Hal-hal yang tidak indrawi yang selama ini kita anggap pengetahuan sebenarnya adalah konsep pengetahuan.

Realitas itu sendiri ada dua macam; realitas materi dan relitas non-materi. Realitas materi terbagi lagi menjadi dua; empiris (contoh: baju, tubuh, spidol, dll) dan non-empiris (contoh: mimpi). Realitas materi ini menempati ruang dan waktu sehingga sifatnya terbatas sehingga tidak mungkin sempurna. Yang sempurna hanyalah realitas non-materi karena tidak menempati ruang dan waktu. Karena realitas yang dipecahkan oleh pengetahuan hanyalah realitas materi maka pengetahuan pasti terbatas. Produk yang menjadi akumulasi pengetahuan (-isme) juga dengan sendirinya pasti terbatas.

Salah satu ciri penting dari sebuah –isme adalah penggunaan simbol. Orang-orang punk akan menyimbolkan dirinya dengan rambut mohawk dan atribut logam sebagai lambang perlawanan. Para pendukung sosialisme cenderung mengangkat perlawanan petani dan rakyat miskin kota kepada penguasa sebagai simbol eksistensi mereka. Kapitalisme sendiri lebih pandai dalam menyamarkan simbolnya, seperti budaya pop-lifestyle yang telah mendarah daging dalam kehidupan kita.

Pemberian simbol pada sesuatu adalah berarti memberi nilai lebih. Artinya, memberi simbol ”mohawk dan piercing” pada orang-orang yang anti-kemapanan adalah menjustifikasi bahwa pemakai gaya mohawk dan piercing adalah pasti anti-kemapanan, padahal belum berarti seperti itu. Melihat orang yang mempaerjuangkan orang tertindas sebagai pengusung ideologi sosialisme kadang jadi kebiasaan. Begitu juga tanpa sadar kita telah menjustifikasi orang-orang dengan jilbab besar dan baju koko sebagai ”orang yang sebenarnya Islam” sebenarnya telah menyimbolkan Islam dengan jilbab besar dan baju koko tersebut.

Memberi nilai lebih pada sesuatu yang sebenarnya tidak memiliki nilai itu adalah sesuatu yang melawan kehendak Allah, karena itu adalah pekerjaan Allah dan bukan samasekali pekerjaan kita. Dan melakukan pekerjaan Allah adalah sama saja dengan mengangkat diri sebagai Tuhan !!! bukankah itu adalah kedzaliman yang tak termaafkan? Maka dari bab Dasar-dasar Kepercayaan, keharusan pertama adalah menegasikan semua kepercayaan dan –isme selain kebenaran. Pertanyaan besarnya adalah; apakah kita sudah dapat dikatakan sebagai orang yang selamat ?


Teologis

Tuhan itu sendiri, karena sifatnya yang non-materi, selain menjadikanNya bebas dari ketidak-sempurnaan, juga mengakibatkan manusia menjadi susah untuk merasakan dan mengikuti keberadaanNya. Wahyu kemudian diberikan kepada manusia agar manusia bisa merasakan adanya Tuhan dan tidak menjadi menyimpang dari jalan yang diinginkan Tuhan.

Wahyu ini diberikan kepada manusia melalui manusia pula yang disebut Rasul. Syarat dari Rasul itu sendiri adalah sempurna dalam hal intelektual (yang menjamin mereka terbebas dari sifat lupa) dan spiritual (yang menjamin mereka terbebas dari maksiat). Kedua kesempurnaan ini bukanlah skill yang dapat dilatih, melainkan sesuatu yang given dari Tuhan. Dan oleh karena kedua kesempurnaan ini pula, maka ajaran yang dibawa oleh seorang Rasul juga sempurna secara intelektual dan spiritual. Artinya, ajaran tauhid itu adalah rasional dan bukan historis.

Rasulullah Muhammad SAW juga membawa sebuah sistem yang disebut Islam. Dalam Islam, ada sistem hukum yang terangkum dalam Al-Qur’an. Al-Qur’an ini adalah kitab yang berisi kumpulan wahyu dari Allah. Tetapi, benarkah bahwa Al-Qur’an itu tak lebih dari hanya kitab saja? Logikanya, karena Rasul diutus untuk ummat manusia yang notabene adalah makhluk sosial maka Al-Qur’an itu seharusnya bersifat sosiologis. Artinya, Al-Qur’an itu berisi kumpulan sejarah, hukum, norma, dan sistem. Tapi bila difahami seperti itu, maka segala hal yang ada dalam Al-Qur’an tidak lebih dari teks sosiologis. Maka tidaklah salah bila kita akan melihat Nabi Yunus sebagai nabi yang pengecut karena tidak mau berdakwah kepada ummatnya, kita akan melihat Nabi Khidir sebagai seorang pembunuh yang sok karena menghukum atas apa yang belum terjadi. Banyak lagi kisah-kisah dalam Al-Qur’an yang bila dipahami tekstual maka akan sangat mengganggu. Jadi sebenarnya Al-Qur’an bukan sekedar teks belaka.

Al-Qur’an memuat wahyu yang notabene berdimensi spiritual, maka sudah seharusnya Al-Qur’an itu juga berdimensi spiritual. Dengan demikian seluruh teks di dalamnya tidak bisa dimaknai secara harfiah saja, karena ada makna transenden dalam kandungannya. Maka dengan sendirinya, seluruh hukum, norma, dan sistem dalam Al-Qur’an adalah juga berdimensi spiritual dan tidak dapat hanya dimaknai harfiah saja.

Diatas telah dikemukakan bahwa seluruh kandungan Al-Qur’an (sejarah, hukum, norma, maupun sistem) adalah memiliki makna transeden. Artinya, setiap kata dalam Al-Qur’an tidak dapat difahami hanya secara tekstual saja, tapi ada makna lain yang jauh lebih dalam daripada teks itu sendiri. Mari kita ambil contoh dari sistem ibadah yang diperintahkan Allah dalam Al-Qur’an. Seorang muslim diwajibkan untuk melaksanakan sholat. Syarat sahnya sholat antara lain adalah pelakunya Islam, baligh, berakal, dan suci dari hadas dan najis.

Islamnya seseorang adalah bukan dengan serta-merta, tapi melalui proses pendidikan yang panjang yang dimulai dari rumah sampai pada sekolah. Maka konsekwensi dari adanya pendidikan Islam agar semua ummat Islam dapat sholat dengan benar adalah pendidikan gratis untuk semua orang! Kemudian, agar pertumbuhan seseorang dapat sampai pada tahap baligh dan berakal, maka kebutuhan nutrisi dan gizinya harus terpenuhi dengan baik. Konsekwensi dari adanya keperluan nutrisi dan gizi untuk dapat melaksanakan sholat dengan baik adalah kepedulian pada petani dan nelayan serta pada orang-orang tertindas lainnya. Begitupun halnya dengan adanya syarat suci yang secara tidak langsung mensyaratkan adanya air untuk semua orang memberi konsekwensi perlawanan pada adanya hegemoni orang-orang kaya atas hal yang satu ini. Karena air dan tanah adalah untuk Rakyat, untuk semua rakyat !!!

Karenanya, Hukum Islam itu adalah wilayah publik, dan tidak ada satu halpun dalam Islam yang memisahkan pemeluknya dari konsekwensi kewajiban sosial. Dari contoh diatas dapat pula kita tarik kesimpulan bahwa penerapan hukum Islam secara kaaffah hanya dapat dilaksanakan bila keadilan sosial dan keadilan ekonomi telah ditegakkan. Dan oleh karena penegakan hukum Islam itu wajib bagi kita semua, maka penegakan keadilan itu juga wajib atas kita semua!


Sosiologis

Mari kita kembali kepada konsep kebenaran yang telah kita bahas pada awal diatas. Telah kita ketahui bahwa konsep kebenaran manusia disandarkan pada konsep-konsep pengetahuan yang tidak sempurna karena berdasar pada realitas materi. Agar konsep-konsep itu dapat selalu berkembang, maka konsepsi kebenaran manusia selalu di-crosscheck-kan dengan manusia lainnya melalui dialog.

Dalam hal ini, manusia memerlukan unit yang disebut masyarakat untuk mengatur hak dan kewajiban agar proses dialog ini dapat berjalan dengan baik. Maka, bermasyarakat merupakan hakekat kemanusiaan. Manusia yang tidak mau bermasyarakat tidaklah pantas disebut manusia. Dalam masyarakat itupun ada satuan yang lebih kecil lagi yang disebut organisasi. Organisasi ini merupakan bentuk paling ideal dari masyarakat karena pertukaran ide-ide didalamnya terjadi secara intens sehingga peluang untuk menghasilkan kebenaran yang lebih baik dari sebelumnya jadi lebih besar. Maka, berorganisasi pun merupakan hakikat kemanusiaan. Manusia yang tidak mau berorganisasi tidaklah pantas disebut manusia.

Telah kita ketahui bersama bahwa ada dua macam organisasi, yaitu organisasi massa dan organisasi kader. Organisasi massa terdiri atas kelompok massa dan kelompok elit. Bentuk gerakan dari organisasi massa adalah adanya mobilisasi. Untuk itu, mereka biasanya menggunakan figur dan kental dengan penggunaan mitos. Singkatnya, hubungan antara elit dan massa adalah melalui manipulasi kesadaran dengan menggunakan figur dan mitos tertentu yang dijaga.

Bentuk kedua dari organisasi ini adalah organisasi kader, yang terdiri dari kelompok yang meng-kader dan yang di-kader. Kegiatan utama dari organisasi ini adalah pengkaderan. Tujuannya adalah pembentukan sistem yang baik. Oleh karenanya, cara yang dilakukan lebih menekankan rasionalitas yang berdasar pada kritisisme. Pada tahap selanjutnya, kritisisme akan melahirkan doktrin yang akan ditaati oleh setiap kader. Organisasi jenis ini biasanya redapat di kalangan mahasiswa. Tapi sekarang ini ada banyak organisasi yang mengklaim diri sebagai organisasi kader meskipun sebenarnya apa yang telah dilakukan belumlah cukup untuk mencirikan organisasi kader. Sebuah organisasi kader haruslah melakukan transformasi kebenaran, dimana kebenaran itu haruslah absolut dan plural. Dalam hal ini, hanya organisasi yang berdasar Islam (yang merupakan kebenaran absolut) dan menekankan pluralitas-lah yang pantas disebut organisasi kader. Maka beruntunglah kita yang berada di HMI.


Penutup

Yang dinamakan tauhid sebenarnya adalah terdiri dari ritual dan sosial yang harus dijalankan bersama-sama. Karena ritual tanpa sosial adalah kebohongan, dan sosial tanpa ritual adalah kekosongan. Untuk menegakkan kalimat Tauhid ini, maka harus ada intelektual organik, yaitu orang-orang yang punya konsep dan ideologi serta sekaligus membasis dengan orang-orang kecil. Manusia harus selalu bergerak, karena pada saat kita berhenti, maka kita sudah membunuh diri sendiri. Dan orang yang berhenti begerak, maka dia telah ”mengambil” takdir Tuhan dan menjadi sekutuNya.


Billahit taufiq wal hidayah


Note:

Beberapa perbedaan dengan NDP Metodologi Cak Nur:

  • NDP Cak Nur terlebih dahulu mengemukakan fakta sosiologis (tradisi) kemudian menggiring pada konsep teologis (syahadat dan wahyu) dan kemudian filosofis (tauhid). Metodologi ini cenderung membawa kita pada dekonstruksi keyakinan peserta baru kemudian menuju konstruksi lagi. Seringkali hal ini terbentur pada terbatasnya waktu untuk berdebat. Bila metodologi diatas dibalik, maka dekonstruksi keyakinan tidak akan terlalu dalam, bahkan hanya dibutuhkan penguatan saja.

  • NDP Cak Nur sangat mengedepankan developmentalisme (berperan dalam pembangunan). Hal ini tentu saja bertentangan dengan sikap ”melawan” pemerintah. Juga, menyebabkan adanya orientasi pada struktur yang notabene menentukan arah pembangunan secara aktif.

  • NDP Cak Nur juga cenderung mengarah pada individualisme. Pembahasan pada bab-bab yang ada menekankan pada peran individu dalam masyarakat, bukan peranan kelompok. Padahal, kita sama-sama tahu pentingnya intelektual organik dalam pengembangan masyarakat.

8 comments:

Anonymous said...

karena HMI adalah organisasi kader, maka orientasi pergerakannya bergantung dari kualitas kader itu sendiri, selain itu HMI bukan organisasi massa, sehingga besar atau tidaknya oraganisasi ini tidak bergantung dari seberapa massif pergerakannya, atau dengan kata lain tidak bergantung dari kwantitas kadernya.
- salam bahagia HMI -

Anonymous said...

Pertentangan mendasar daru NDP cak nur adalah adanya injonsistensai dalam menempatkan standar kebenaran.

Di bab I disebutkan bahwa manusia harus tunduk pada kebenaran. Dan karena keterbatasannya, maka Tuhan menurunkan "wahyu".

Dari sini, saya simpulkan ada inkonsistensi. Karena logika pertama yang digunakan adalaj logika maeterialisme, sementara logika penjawabnya adalah teologis.

trims..

yani - kpp hmi cabang medan

Anonymous said...

justru ini menunjukkan ke komprehensifan pemikiran cak Nur...
toh memang logika materialisme tidak bisa menjawab keberadaanNya...
empirisme harus menjawab tidak pada eksistensiNya, dan hang atau error akan dzatNya,
ke assosiatifan adalah hal yang mutlak diperlukan manusia karena tanpanya manusia akan menjadi "robot", sekaligus komplemen terhadap materilisnya otak kiri yang linear.
-salam bahagia HMI-

Anonymous said...

saya pikir apa yang dilakukan oleh bang Andito cukup bermanfaat untuk kita dalam memahami NDP Himpunan Mahasiswa Islam.
namun ada hal yang sangat determinis dalam pemikiran bung Andito bahwa ketika metodologinya dibalik akan melahirkan beni dan begitu dan jika tidak akan seperti ini dan seperti itu.
pendekatan filosofis menurut hemat saya lebih dekonstruktif dari pada pendekatan sosialogi, sebab dalam NDP versi Cak Nur jika dilihat dari latar belakang perumusannya menekankan pada aspek Sosio-historis yang tidak menggunakan logika positivisme dan saintis melainkan logika dialektika (perkembangan)
kemudian Bang Andito Juga dalam catatan terkhirnya menegaskan bahwa NDP Cak Nur terlalu Developmentalis dalam arti tidak "melawan" pemerintah, sepertinya Andito terperangkap pada Gerakan Kiri Baru yang memposisikan Pemerintah atau kaum borjuis sbg biang keladi kesalahan dan kaum Proletariat sebagai simbol kebenaran sejati. perlu dipikirkan kembali determinisme pemikiran dan oposisi biner seperti itu.

Anonymous said...

I think that is one of the most important information for me.
And i am satisfied reading your article. However wanna remark on some normal things, The site taste is
perfect, the articles is truly nice : D. Good job, cheers
Feel free to visit my webpage : perfumes originales

Anonymous said...

I think that is one of the most important information
for me. And i am satisfied reading your article.
However wanna remark on some normal things, The site taste is perfect,
the articles is truly nice : D. Good job, cheers
My website: perfumes originales

Anonymous said...

electronic cigarette brands, e cigarette, smokeless cigarettes, smokeless cigarettes, e cigarette forum, ecigarette

Unknown said...

Saya baru buka naskah ini. Terima kasih atas perkenannya memuat tafsir saya atas NDP. Tentu perlu dikritisi demi penguatan ideologi dan perkaderan HMI. Yakusa! Andito 0821082124999, 081808180606