Sunday, December 17, 2006

MESIN ITS uBER aLLES

Teriring salam dan do’a semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua dalam menjalankan aktivitas kita sehari-hari. Dan semoga shalawat serta salam tetap terlimpah atas Muhammad SAW.

Mohon maaf sebelumnya jika tulisan ini tidak berkenan di hati teman-teman, atau mungkin mengusik “ketenangan” Kampus Merah Mesin kita tercinta. Tulisan ini adalah sekedar refleksi pribadi penulis atas banyak pertanyaan yang mengudara di atmosfer kampus ini. Akhir-akhir ini sering kita dengar pertanyaan atau sekedar kebimbangan mengenai kehidupan kemahasiswaan di kampus kita ini. Sangat banyak kekhawatiran atas “menurun”nya kualitas mahasiswa mesin ataupun gaung kegiatan kemahasiswaan yang seperti teredam sehingga nampak tidak hidup. Saya yakin banyak yang tidak setuju atas pernyataan ini, seperti halnya banyak yang mengiyakan juga. Untuk mencapai kesepahaman dalam memandang persoalan ini, marilah kita sama-sama melihat lagi bagaimana kondisi mahasiswa Mesin; dulu dan sekarang, beserta kondisi yang membentuk masing-masing generasi.

Mahasiswa jaman dulu dihadapkan pada kondisi represif birokrasi pemerintahan tapi dibela oleh birokrat kampus. Mahasiswa pada waktu itu tidak dibolehkan mengkritik pemerintah (melalui NKK-BKK) tapi diberi kebebasan penuh oleh kampus untuk mengembangkan pemikiran-pemikiran mengenai masalah sosialnya. Di Mesin, hal ini dimotori oleh aktivis-aktivis OMEK (Organisasi Mahasiswa Ekstra Kampus) yang diwakili oleh HMI (Himpunan Mahasiswa Islam). Para aktivis OMEK ini kemudian membawa pemikiran dan pola pikir mereka ke dalam kampus dan kehidupan intra kampus (baca; Himpunan). Kenyataan ini memaksa aktivis Intra Kampus yang berbasis di Himpunan untuk juga belajar agar bisa melawan dominasi orang-orang OMEK ini. Persaingan ini terus berkembang dan kemudian memberi stigma Mesin Ijo untuk orang OMEK dan Mesin Abang untuk orang Intra-Kampus. Dampak dari persaingan ini adalah berkembangnya masing-masing kelompok untuk terus memperkuat kelompoknya dengan berbagai ilmu dan strategi. Masing-masing terus belajar melalui buku dan diskusi agar tidak tertinggal dari kelompok lainnya.

Dua kelompok ini kemudian secara bergantian memegang kekuasaan di Himpunan dan berlomba agar kepengurusan mereka lebih baik dari sebelumnya. Hasilnya adalah pembentukan karakter dan kegiatan Himpunan yang kreatif sehingga Himpunan Mahasiswa Mesin disegani oleh jurusan-jurusan lain di ITS. Secara individu, mereka yang beraktivitas di luar Himpunan pun menunjukkan karakter yang sangat menonjol sehingga Anak Mesin selalu dianggap hebat bahkan sebelum menunjukkan siapa dirinya. Hebatnya, “ideologi” Uber Alles dijunjung tinggi oleh kedua kelompok ini sehingga dualisme ini tidak mengganggu kesolidan mereka di luar. Kondisi ini berlangsung sampai tahun 2001-2002. Pada tahun tersebut, HMI sebagai wakil OMEK di Mesin kemudian mengalami masalah internal sehingga kurang bisa melanjutkan regenerasi kader sampai sekarang.

Pada masa setelahnya, tidak ada lagi kelompok-kelompok yang bersaing di Mesin. Dampaknya adalah menurunnya gairah untuk belajar yang diikuti penurunan kualitas charracter building mahasiswa. Lebih lanjut, hal ini mengakibatkan menurunnya dinamisasi kehidupan mahasiswa Mesin sampai pada kondisi sekarang ini.

Hal diatas memang hanya salah satu penyebab. Tidak dapat dipungkiri bahwa kondisi akademis yang lebih ketat adalah juga penyebab yang lain. Kondisi akademis sekarang yang menuntut kita untuk lebih berkonsentrasi adalah tantangan tersendiri. Tapi, bukankah setiap generasi memang mempunyai tantangan yang berbeda? Hal inilah yang membuat setiap generasi punya karakteristik dan pahlawan yang berbeda pula. Kalau pada masa lalu tantangan mahasiswa terbatas pada refresifitas pemerintah, maka pada masa ini kita dihadapkan pada kondisi akademis dan tuntutan orangtua maupun masyarakat yang lebih ketat.

Pertanyaan yang seharusnya mengemuka adalah; bagaimana menyiasati kondisi saat ini? Saya hanya akan menjawab hal ini theoretically karena kapasitas yang terbatas. Beberapa hal yang mungkin jadi pemecahan adalah sebagai berikut:

  • Apapun organisasi yang teman-teman masuki nanti, pastikan bahwa organisasi itu bernuansa akademis. Hal ini penting agar kondisi akademis tidak menjadi sebuah penghalang untuk mengembangkan diri lebih lanjut di organisasi tersebut.
  • Biasakan untuk tidak memikirkan diri sendiri, karena karakter seseorang akan menonjol bila dia punya sikap seorang pemimpin, dan falsafah dasar dari kepemimpinan adalah melayani. Pengkaderan (POROS MESIN) telah memberi pondasi yang lumayan untuk mengembangkan hal ini.
  • Banyaklah membaca buku dan biasakan untuk mendiskusikannya atau mengikutkan isi buku itu dalam diskusi yang teman-teman ikuti. Akan lebih baik kalau kebiasaan ini dilanjutkan dengan menulis isi buku dalam sebuah resensi buku.
  • Jangan takut berbeda! Ikutlah dalam organisasi-organisasi selain yang ada di Mesin karena akan memperkaya wacana teman-teman dalam hal-hal yang mungkin kurang diketahui orang lain. OMEK adalah sebuah pilihan yang patut dipertimbangkan karena wacana diskusinya yang lebih luas dan mencakup masalah-masalah sosial kemasyarakatan.
  • Belajar, belajar, dan belajar.... menjadi manusia pembelajar.

Pada akhirnya semua hal ini akan kembali pada kemauan kita untuk tetap mempertahankan status quo atau berubah menjadi lebih baik. Satu hal yang patut menjadi pertimbangan adalah bahwa sebuah kebesaran sejarah bukanlah hanya untuk dibanggakan oleh generasi berikutnya. Sejarah bukan hanya untuk dilihat saja, tapi untuk diambil pelajaran darinya. Para pendahulu kita sudah memberi tonggak pengetahuan untuk membesarkan komunitas Mesin sehingga pantas menyandang Uber Alles. Tugas kitalah untuk meneruskan kebesaran itu, tentu saja dengan segala kondisi kekinian yang berbeda dengan mereka dulu. Jangan biarkan kebesaran itu berlalu tanpa makna sehingga hanya menjadi dongeng usang untuk membuai mahasiswa baru tentang Uber Alles kita.

No comments: