Banjir yang terjadi pada musim hujan tahun ini benar-benar mengalami peningkatan ‘tingkat keparahan’ dibanding tahun lalu. Selain karena curah hujan yang semakin meningkat, mungkin kita perlu meninjau lagi penyebab-penyebab lain yang juga jadi penyebab banjir di kota kita ini.
Salah satu penyebab banjir, dimanapun itu, adalah karena tidak adanya lahan untuk menampung air hujan dalam jumlah yang begitu banyak sehingga meluap sampai ke daerah-daerah yang bukan merupakan penampungan air atau lebih dikenal dengan daerah resapan air. Pada kasus Surabaya, lahan daerah resapan air ini terus berkurang dari waktu ke waktu akibat pembangunan yang terus melebar.
Contoh paling aktual dalam hal ini daerah sekitar kampus ITS, yaitu Kelurahan Gebang Putih dan sekitarnya. Dua tahun lalu, daerah ini mempunyai daerah resapan air yang cukup luas berupa Tanah Ganjaran Gebang. Tapi sejak setahun lalu, sebagian besar tanah ganjaran ini sudah ‘ditanami’ tanah urukan beserta perumahan yang bernama Kertajaya Regency. Tanah urukan ini tingginya 3 sampai 5 meter diatas permukaan tanah sekitarnya. Memang sudah ada dua saluran yang menghubungkan perumahan warga dengan sisa tanah ganjaran yang menjadi daerah resapan air. Tapi ternyata itu belum cukup. Saluran pertama menghubungkan daerah resapan dengan Kelurahan Gebang, dengan lebar 1 meter dan dalam 2 meter. Saluran kedua menghubungkan tanah resapan dengan daerah Asempayung, dengan lebar 2 meter dan dalam 2 meter. Bila hanya kedua saluran ini yang menjadi kompensasi atas pembangunan perumahan ini, jelas sangat tidak cukup.
Terbukti kemarin pada saat hujan, daerah Asempayung yang biasanya banjir hanya sebatas mata kaki, sekarang menjadi setinggi lutut. Rumah warga yang berada di Gebang pun tidak lepas dari dampaknya. Dengan jalan yang sudah ditinggikan, maka air kemudian masuk sampai ke rumah warga, padahal kejadian ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Kampus ITS juga mendapat jatah banjir yang lebih parah dari tahun-tahun sebelumnya. Tapi tentu saja Kertajaya Regency selamat dari jatah banjir ini karena letaknya yang hampir 5 meter diatas permukaan tanah sekitarnya.
Saluran yang menghubungkan perumahan warga di sisi barat perumahan dengan daerah resapan air malah memperparah kondisi banjir. Air hujan memang pada awalnya ditampung pada daerah resapan air sisa tanah ganjaran. Tapi dengan curah hujan yang sedemikian besar, aliran air malah terbalik ke perumahan warga. Kampus ITS yang berada di sisi timur Kertajaya Regency juga tidak luput dari luapan air yang sudah tidak bisa diresapkan oleh tanah ganjaran yang tinggal sedikit.
Pertanyaan yang seharusnya muncul adalah; kenapa banjir ini bisa terjadi? Bukankah setiap pembangunan seperti ini pasti memiliki AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan)? Kalau memang ada, apakah pembangunan perumahan ini sesuai dengan AMDAL yang diajukan? Karena sangat tidak mungkin rasanya, dengan dampak lingkungan sebesar ini, sebuah perumahan dibolehkan untuk didirikan. (Nh.R)
Sunday, December 10, 2006
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment