Strukturalisme Transendental adalah salah satu metode untuk menganalisa sebuah struktur sosial. Di Indonesia, metode ini digunakan oleh Kuntowijoyo dalam bukunya Muslim tanpa Masjid (2001). Dalam buku ini, Kuntowijoyo menggunakan pendekatan Strukturalisme Transendental untuk memahami dan menerapkan ajaran-ajaran sosial yang terkandung dalam teks lama Islam pada konteks sosial masa kini tanpa mengubah struktur Islam itu sendiri. Ada beberapa hal yang kiranya dapat mendukung untuk menggunakan metode ini.
Ada tiga ciri dari struktur, sebagaimana dikemukakan oleh Jean piaget dalam Structuralism (New York: Harper&Row, Publisher, 1970), yaitu (1) wholeness (keseluruhan), (2) transformation (perubahan bentuk), (3) self-regulation (mengatur diri sendiri). Jadi, sebuah hal yang akan dianalisa harus memenuhi syarat-syarat diatas. Secara praksis, kita bisa menggunakan HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) sebagai objek analisa.
HMI adalah sebuah struktur yang terdiri dari hierarki kekuasaan beserta perangkat-perangkat seperti Konstitusi, Nilai Dasar Perjuangan, Memori-memori Penjelas, dan lain-lain yang tidak terpisahkan satu sama lainnya. Unsur-unsur ini tidak berdiri secara terpisah, melainkan menjadi milik dari struktur HMI. Jadi, HMI memenuhi syarat "wholeness". HMI juga dapat mengalami perubahan bentuk. HMI dapat menambah organisasi otonom, merubah konstitusi agar sesuai dengan perubahan zaman. HMI pada masa lalu adalah organisasi militan karena adanya musuh (PKI) dan kemudian menjadi cenderung lebih politis pada masa sesudahnya. Pada masa ini, HMI sedang mencari perubahan bentuk yang baru lagi. Dengan begitu, syarat kedua dapat terpenuhi. Adanya Memori Penjelas tentang independensi HMI adalah justifikasi yang cukup akan ciri self-regulation. Penambahan unsur-unsur baru tidak pernah berada di luar struktur, tetapi tetap memelihara struktur itu sendiri. Dengan demikian, HMI sebagai sebuah struktur dapat melestarikan diri sendiri dan tertutup dari kemungkinan pengaruh luar.
Strukturalisme sendiri mempunyai tiga ciri utama. Pertama, memperhatikan pada keseluruhan, pada totalitas. Strukturalisme analitis mempelajari unsur, tetapi ia selalu diletakkan di bawah sebuah jaringan yang menyatuka unsur-unsur itu. Jadi, rumusan pertama dari strukturalisme ialah bahwa unsur hanya bisa dimengerti melalui keterkaitan inter-connectedness) antar-unsur. Kedua, strukturalisme tidak mencari struktur di permukaan, pada peringkat pengamatan, tetapi di bawah atau di balik realitas empiris. Apa yang ada di permukaan adalah cerminan dari struktur yang ada di bawa (deep structure), lebih ke bawah lagi ada kekuatan pembentuk struktur (innate structuring capacity). Ketiga, dalam perangkat empiris, keterkaitan antarunsur bisa berupa binary opposition (pertentangan antara dua hal).
Strukturalisme transendental bila diterapkan untuk menganalisa HMI akan membawa kita pada kesadaran akan totalitas cita-cita HMI dengan Islam sebagai azasnya dan adanya perubahan-perubahan yang mengikutinya. Harapannya adalah, di akhir analisa nantinya kita akan sedikit mengetahui bagaimana HMI mengikuti perubahan tanpa kehilangan jati dirinya sebagai organisasi pergerakan dan organisasi kader yang berazaskan Islam.
Monday, January 8, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
beri sedikit kritik saja ya !
dalam membuat karangan yang berupa tulisan. sebaiknya jangan lupa untuk melihat antar kalimat dan paragraf seperti contohnya paragraf 1 mengatakan tentang karya kuntowijoyo harusnya paragraf berikutnya juga ( sebagai penjelas) okey !!!! jadi harus koheren, okay...
salam kenal
silmy rozida sastra indonesia U.A.
Post a Comment